Ketika penulis ditunjuk sebagai salah
satu pengelola zakat yang dibentuk Pemerintah, berbagai pertanyaan
muncul di benak penulis antara lain :berapa batas pengenaan zakat?
Bagaimana zakat harus dihitung. Apakah shadaqah itu? Apa beda zakat,
infaq dan sedekah. Apakah nishob itu? Ternyata di Indonesia dari Sabang
sampai Merauke ada 10 ketentuan nishob yang berlaku. Lalu mengapa tidak
ada standarisasi? Demikian pula, berapa porsi Amil dalam mengelola
zakat, infak dan sedekah. Apakah semua umat harus membayar zakat?.
Apakah semua agama mewajibkan umatnya untuk mengeluarkan donasi?
Alhamdulilah untuk menjawab pertanyaan
terakhir ini, Allah SWT memberikan jalannya. Penulis dimudahkan dengan
bantuan dari teman-teman tempat penulis bekerja baik mereka yang
beragama Islam, Nasrani/Katolik, Hindu maupun Budha.
Ketika kami sedang mengadakan kunjungan
kerja ke Bengkulu pada 17 juni 2000 untuk melihat-lihat dampak dari
gempa Bengkulu dikala itu, kami menanyakan kepada Kepala Cabang Taspen
Bengkulu saat itu, Sdr Terang Tarigan yang Nasrani mengenai donasi agama
Kristen. Dia menyatakan : “persepuluhan itu tertulis dalam Injil kitab
Maleakhi”. Dalam Al Qur’an ada pernyataan yang menyangkut Nabi Isa
tercantum dalam surat Maryam ayat 31 ketika masih bayi.
“ Berkata Isa : “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.”“ .. wa aushaanii bish shalaati waz zakaati maa dumtu hayaa”“ Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”( Maryam:19:30-31)
Nabi Isa diperintahkan Allah SWT untuk menunaikan zakat selama beliau hidup. Ini tentunya berlaku juga bagi umatnya.
Selain itu di tempat penulis bekerja,
penulis memperoleh informasi dari staf penulis, Bapak Putu Astika yang
beragama Hindu yang memberikan beberapa buku termasuk kitab
Saramuccahya, sehingga saya mendapatkan gambaran mengenai donasi bagi
umat Hindu. Dan atas bantuan beliau saya memperoleh buku panduan agama
Budha sehingga memperoleh angka donasi untuk umat yang beragama Budha.
Setelah memperoleh data donasi mengenai
umat Budha yang 25 % dan Hindhu 33 1/3%, penulis agak kebingungan
bagaimana untuk mendapatkan informasi yang menyangkut agama umat Yahudi.
Tidak akan lengkap jika tidak mendapatkan gambaran mengenai donasi umat
Nabi Musa ini. Apakah saya harus pergi ke Israel atau Palestina?.
Rupanya Allah SWT memahami kerisauan
saya. Ketika melakukan perjalanan dinas dari Jakarta ke Surabaya dengan
pesawat terbang Garuda Indonesia, saya iseng-iseng membaca majalah
Garuda yang selalu ada disetiap kantong belakang tempat duduk yang ada
dihadapan tempat duduk penumpang.
Saya membuka-buka majalah tersebut, saya
menemukan sebuah article mengenai adanya sinagog atau rumah ibadah
Yahudi di Surabaya. Alhamdulillah informasi ini memberikan petunjuk bagi
saya untuk mencari lokasinya di Surabaya. Lokasi sinagog ini ternyata
berdekatan dengan museum Kapal Selam TNI/AL.
Disaat mengunjungi lokasi yang
bersangkutan memang menimbulkan kekagetan bagi penghuni rumah karena
ketika berkunjung tidak memberitahu lebih dahulu. Akhirnya kami beserta
rombongan Taspen berhasil memperoleh informasi mengenai berapa umat
Yahudi harus mengeluarkan donasi.
Ketika menjampangi rumah tersebut kami
disambut gonggongan anjing dan bertemu dengan tuan rumah seorang Bapak
dan Ibu sepuh. Setelah memperoleh penjelasan mengenai maksud kedatangan
kami lalu meminta untuk menunggu sebentar karena mereka menelpon anak
menantunya untuk datang. Akhirnya seorang Pria dewasa datang dan setelah
bertegur sapa ternyata yang bersangkutan berasal dari Makasar dan
beragama Islam. Beliau mengatakan bahwa isterinyalah yang Yahudi
berasal dari Irak dan saat ini berada di New York. Isterinya akan
kembali akhir bulan. Dia menanyakan maksud kedatangan saya dan kami
memberikan penjelasan. Kemudian yang bersangkutan menyampaikan sebaiknya
nanti menunggu kedatangan isterinya di awal bulan depan yang dapat
menjelaskan informasi yang kami cari. Akhirnya kita membuat perjanjian
untuk ketemu lagi.
Setelah isterinya kembali kami
berkunjung lagi. Kami diterima dengan senang hati dan kami diperlihatkan
keadaan sinagog tempat persembahyangan umat Yahudi. Persis seperti
keadaan di gereja ada panggung dan ada tempat duduk dan tempat untuk
bersimpuh di altar.
Dalam penjelasannya sinagog ini sudah
lama tidak dipakai untuk persembahyangan karena sembahyangan baru dapat
dilakukan kalau jamaahnya berjumlah 40 orang. Jika tidak mencapai
jumlah tersebut maka tidak bisa dilakukan persembahyangan. Persis
seperti umat Islam kalau melaksanakan sholat Jum’at maka minimal harus
berjumlah 40 orang jamaah. Rupanya agama-agama samawi mempunyai aturan
yang relatif sama.
Mengenai sistem donasi umat Yahudi,
istri tuan rumah memberikan penjelasan agak rumit tetapi intinya donasi
umat Yahudi berkisar antara 20%-50%. Dengan penjelasan ini maka saya
memperoleh gambaran yang lengkap mengenai donasi dari agama-agama yang
ada di dunia. Alhamdulillah Allah SWT menuntun saya memperoleh
pengajaran yang sangat berharga mengenai donasi dari setiap agama yang
ada di dunia dengan gambaran sebagai berikut :
Mengapa ada perbedaan? Allah menyatakan dalam Al Qur’an :
“Dan bagi tiap umat ada arah (kiblat) yang ia menghadapnya, sebab itu berlomba-lombalah kamu berbuat kebajikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu semua. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(Al Baqarah:2:148).
“….. Bagi tiap-tiap umat diantara kamu, Kami telah jadikan peraturan dan jalan yang terang. Dan kalau Allah menghendaki niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu tentang apa yang tleh diberikan-Nya kepada kamu, maka berlomba-lombalah kamu berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah tempat kembali kamu sekalian, maka Dia akan kabarkan kepadamu apa yang kamu perselisihkan ini” .(Al Maaidah:5:48)
“ dan hendaklah engkau menghukumkan diantara mereka dengan apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu engkau menurutkan hawa nafsu mereka. Dan hati-hatilah kepada mereka bahwa mereka memfitnahmu dan sebahagian apa yang telah diturunkan Allah, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya hendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia adalah orang-orang fasik”.(Al Maaidah:5:49)
Allah SWT menyatakan bahwa masing-masing
umat mempunyai kiblatnya masing-masing berarti mempunyai kitab sucinya
berbeda-beda. Dan kitab suci yang terakhir diturunkan Allah SWT adalah
yang diturunkan kepada Nabi-Nya yang terakhir yatitu Muhammad SAW. Untuk
pindah dari satu kiblat ke kiblat yang lain memang sangat berat dan
tidak mudah. Allah sudah mengingatkan hanya mereka yang diberi petunjuk
yang dapat merobah kiblatnya.
“Dan demikian pula Kami menjadikan kamu umat penengah (pilihan) agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia, dan adalah Rasul (Muhammad ) itu menjadi saksi atas kamu…….Dan sungguh perpindahan kiblat itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak menyia-nyiakan iman kamu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada manusia”(Al Baqarah:2:143)
“ Dan pada hari Kami bangkitkan saksi pada setiap umat untuk mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau, Muhammad menjadi saksi atas seluruh umat manusia”.(An Nahl:16: 89)
Allah menyatakan bahwa telah diturunkan
peraturan dan jalan terang bagi umat-umat tertentu sampai kemudian
datang agama samawi dengan kitabnya Taurat, Injil dan Al Qur’an. Allah
SWT mengharapkan setiap umatnya berbuat kebajikan. Definisi kebajikan
bukan menurut manusia tetapi menurut Allah sebagaimana dinyatakan dalam
surat Al Baqarah ayat 177 dan surat Ali Imraan ayat 92.
Masing-masing agama mengatur hal-hal
yang berbeda misalnya persoalan donasi sehingga akan terjadi perbedaan
pendapat dan bahkan perselisihan. Perbedaan pemahaman ini tidak hanya
terjadi diantara umat antara agama tetapi antara umat dari agama yang
sama akan terjadi pula, misalnya dilingkungan umat Islam sendiri dengan
madzab-madzabnya. Dan jika tidak ada saling kepahaman secara musyawarah
maka Allah menyatakan bahwa itu akan dijelaskan nanti jika semua manusia
telah kembali kepada-Nya (Al Maidah ayat 58).
Dari kelima agama ini semula dianggap
donasi yang paling besar adalah Yahudi dan paling kecil umat Islam.
Namun ternyata bahwa kewajiban umat Islam tidak hanya zakat saja tetapi
juga menyangkut infak dan sedekah sehingga yang paling besar donasinya
adalah umat Islam karena selain zakat ada infaq dan sedekah. Maka sudah
pantas bahwa cobaaan bagi umat Islam adalah menyangkut harta. Diperlukan
keikhlasan yang tinggi untuk mengamalkannya.
Ada sementara pimpinan, ustadz dan umat
islam yang menyatakan bahwa donasi umat Islam hanya zakat saja. Jika
umat Islam menyatakan bahwa donasinya hanya berupa zakat maka jumlahnya
yang paling kecil bahkan lebih kecil dari umat Yahudi. Lalu bagaimana
umat Islam harus lebih unggul dari umat Yahudi kalau donasinya saja
lebih kecil dari umat Yahudi. Donasi itu menentukan keunggulan suatu
umat dan tingginya tingkat keikhlasan serta kualitas umat manusia.
Sering dipertanyakan apa dasar penetapan
infaq dan sedekah. Sebenarnya dalam riwayat sering disampaikan dalam
khotbah bahwa ketika Rasulullah SAW sedang mempersiapkan logistik untuk
peperangan maka sahabat Rasulullah SAW, Ali dan Utsman memberikan 30%
dari hartanya, sedangkan Umar 50 %. Kala itu Umar menyatakan bahwa
dirinya yang paling besar shadaqahnya. Tetapi ketika Abu Bakar datang
maka diberikan seluruh harta kekayaannya 100 % dan saat itu Umar
mengakui kualitas keikhlasan dan keimanan Abu Bakar yang memang tidak
tertandingi dan di saat Rasulullah SAW menanyakan: “ Apa yang dia
tinggalkan untuk keluargamu ”. Abu Bakar menjawab : “Dia masih punya
Allah SWT dan Rasulullah SAW”.
Didalam Al Qur’an sendiri ada pernyataan
Allah SWT untuk mengeluarkan infaq 50 % sebagaimana dinyatakan dalam
surat Al Furqaan: 25 ayat 67 :
“ Dan orang-orang yang apabila menginfakkan hartanya, tidak boros dan tidak pula kikir, dan adalah pertengahan diantara demikian”.(Al Furqaan:25:67)
Allah SWT menyatakan bahwa mengeluarkan infak dari harta yang tidak berlebih-lebihan atau kesedikitan adalah 50 % nya.
Perkembangan agama di Nusantara
Ada yang menarik yang terjadi dengan
perkembangan agama di Nusantara ini. Agama Budha pernah menjadi agama
mayoritas dan muncul berbagai kerajaan Budha di masa itu dan peninggalan
candi-candi. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kemakmuran di
Nusantara kala itu, tetapi kemudian mereka yang beragama Budha saat ini
menjadi minoritas, hanya tinggal di gunung Tengger dan beberapa lokasi
dalam kelompok-kelompok kecil. Demikian pula pernah Nusantara ini
menjadi negara yang mayoritas penduduknya beragama Hindhu bahkan muncul
banyak kerajaan-kerajaan Hindu tetapi kemudian menyusut dan menjadi
hanya mengumpul di Bali dan berbagai lokasi yang tersebar. Kerajaan yang
dulunya berjaya dan makmur akhirnya tinggal reruntuhan dan menjadi
monumen berupa candi-candi. Bagaimana menjelaskan phenomena ini?
Barangkali ini dapat dijelaskan dengan menggunakan firman Tuhan dalam ayat berikut ini:
“ Dan apabila Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami menyuruh orang-orang yang hidup mewah (supaya taat kepada Allah) lalu mereka berbuat kedurhakaan dalam negeri itu, maka benarlah berlaku atasnya ketentuan Allah (siksa-Nya), lalu Kami menghancurkan sehancur-hancurnya” .(Al Israa;17-:16)
“ Berapa banyak negeri yang penduduknya Kami binasakan sedang penduduknya berbuat aniaya, maka rubuhlah dia atas atap-atapnya, dan beberapa banyak sumur-sumur yang ditinggalkan, dan istana tinggi yang telah kosong”.(Al Hajj:22:45)
Ketika umat menjadi mayoritas maka
setahap demi setahap negara menjadi makmur dan warganya ada kelompok
yang bertambah kaya. Tetapi setelah makmur dan kaya mereka berbuat
aniaya dengan meninggalkan kebiasaan tidak taat lagi dengan donasi yang
harus dikeluarkan. Bayangkan jika mereka termasuk orang kaya dan harus
mengeluarkan 25 % untuk umat Budha sedangkan 33 1/3% untuk umat Hindhu
maka akan terjadi pertentangan batin yang luar biasa dalam dirinya
apakah harus mengeluarkan hartanya yang demikian besar untuk
didonasikan. Atau tidak . Biasanya yang terjadi justru tidak dipatuhi
karena tidak mau kehilangan banyak hartanya maka Tuhan mengirimkan
siksanya. Diperlukan keikhlasan yang sangat tinggi untuk mematuhinya.
Itulah barangkali yang dapat menjelaskan mengapa kemudian agama-agama
tersebut menyusut pengikutnya.
Hal yang ajaib adalah ketika Nusantara
dikuasai penjajah dari berbagai negara Eropah yang mayoritas beragama
Nasrani dan Katolik yaitu Spanyol, Portugal, Inggris , Belanda, namun
selama penjajahan beratus tahun tidak bisa menjadikan Nusantara negeri
yang mayoritas beragama Nasrani. Setelah itu penjajahan Jepang dan
kembali ke Belanda lagi. Justru kemudian lahir negeri merdeka yang
penduduknya mayoritas beragama Islam dengan kemerdekaannya ditandai
dengan simbol-simbol yang islami yaitu merdeka pada hari Jum’at, hari
rayanya umat Islam tanggal 17 Agustus 1945 pada bulan Ramadan, bulan
sucinya umat Islam. Penetapan waktu ini tentunya sulit diatur oleh
Sukarno dan Hatta. Ini tentu bukan rekayasa mereka tetapi merupakan
rekayasa Allah SWT. Selanjutnya apakah umat Islam Indonesia tidak
bersyukur adanya hal ini? Seharusnya umat islam selalu tampil didepan
untuk senantiasa memeliharanya dan mematuhi kitab sucinya serta tidak
bertindak yang membuat kerusakan negerinya.
Apa yang menimpa umat Budha dan Umat
Hindhu dapat terjadi dengan umat Islam. Jika ternyata kemudian
pengusaha, saudagar-saudagar dan orang-orang kayanya lebih memilih
menjadi kikir dengan tidak mengeluarkan zakat, infaq dan sedekahnya
maka Allah SWT akan memberikan pengajaran berupa musibah dan siksanya.
Tidakkah kita mencermati phenomena terjadinya Tsunami Aceh, Gempa
Yogyakarta, Gempa Padang dll. Bencana lumpur Sidoardjo?
Bahkan ada sementara orang yang
mengatakan bahwa kewajiban umat Islam hanya zakat saja. Memang zakat
adalah kewajiban fardlu ain tetapi ada kewajiban yang fardu kifayah
yaitu infaq dan ancaman bagi yang tidak berinfaq adalah sangat berat
sebagaimana dinyatakan Allah SWT antara lain dalam surat Muhammad dan
ayat-ayat berikut ini :
Tidak berinfaq bagi umat Islam
maka Allah SWT juga mengingatkan dalam surat Muhammad berikut ini bahwa
mereka akan digantikan umat lain :
Tidak berinfaq akan mendapatkan siksa yang pedih dan teraniaya :“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (infak) hartamu pada jalan Allah. Maka diantara kamu ada yang kikir dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allahlah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu ( ini)”(Muhammad:47:38)
”… Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.”(At Taubah:9:34)
“Apa saja yang kamu infakkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan teraniaya”.(Al Anfaal: 8:60)
Allah SWT dalam surat Al Anfaal diatas
mengingatkan bahwa siapapun yang tidak berinfaq akan teraniaya dalam
kehidupannya, baik di dunia maupun di akherat.
Untuk lebih memahami phenomena zakat,
penulis kemudian pergi ke tokobuku Gramedia dan Gunung Agung mencari
buku-buku yang menjelaskan mengenai zakat. Sampai saat ini penulis
berhasil mengumpulkan lebih dari 150 buku mengenai zakat. Banyak buku
yang justru tidak menjelaskan persoalan shadaqah, infaq dan zakat dengan
benar sehingga bersifat mengaburkan pemahaman yang benar.
Penulis pernah mendatangi seorang
petinggi negara dan menyampaikan persoalan zakat dan sistem yang sedang
dibangun di Indonesia. Dia memberi komentar bahwa dia kurang sependapat
karena kyainya dulu tidak mengajarkan begitu. Apa yang disampaikan
petinggi yang memang tergolong berada di Indonesia itu, persis seperti
yang diriwayatkan oleh Al Qur’an sebagaimana tersebut dalam surat Al
Baqarah, surat Al Maidah dan surat Luqman berikut ini :
Dan apabila dikatakan kepada mereka ‘Ikutilah apa yang diturunkan Allah‘ mereka menjawab,‘Kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari nenek moyang kami,‘ biarpun nenek moyang mereka tidak mengerti sesuatu dan tidak dapat petunjuk“.(Al Baqarah:2:170)
” Dan apabila dikatakan kepada mereka,“Marilah mengikut kepada apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul,“ mereka menjawab,“ Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati dari bapak-bapak kami,“ Apakah akan mereka ikuti walaupun bapak-bapak merka tidak mengetahui sesuatu dan tidak pula memperoleh petunjuk?“.(Al Maaidah:5:104)
“Dan apabila dikatakan kepada mereka,“ Ikutilah apa yang diturunkan Allah“, Mereka berkata“ Bahkan kami mengikuti apa-apa yang kami dapati bapak-bapak kami atasnya.“ Apakah mereka mengikutinya meskipun setan menyeru mereka kepada adzab neraka?“(Luqman:31:21)
Memang mensosialisasikan kebenaran agama
di Indonesia tidak mudah, sering banyak kesulitan yang dialami. Mungkin
karena pemimpin dan umat sudah masuk kedalam lobang biawak yang semakin
dalam maka lebih suka tinggal di lobang biawak daripada diselamatkan,
karena dalam keduniawiaan sangat nikmat sehingga melupakan tujuan
hidupnya.
Allah SWT telah menetapkan tujuan
kehadiran manusia di dunia ini sebagaimana dinyatakan dalam surat Al
Qashash :28:77 sebagai berikut :
”Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akherat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan dunia, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Alllah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
Rasulullah SAW mewasiatkan kepada umat Islam sesuatu :
Jakarta, 12 Rabiulawal 1431 H“ Wahai manusia! Sesungguhnya aku meninggalkan kepada kamu sesuatu, yang bila kamu pegang ia erat-erat niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, dua saja: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.( HR Al Hakim dari Abu Hurairah ra)
Hai manusia dengarkanlah baik-baik apa yang aku ucapkan kepadamu niscaya pasti kamu bahagia untuk selama-lamanya dalam hidupmu!”
Ketua Gerakan Memakmurkan Masjid, Ketua Komisi Pengawas BAZNAS 2005-2011, Penasehat ISEI Cabang Jakarta 2001-2011, Ketua Umum Fokkus, Babinrohis Pusat, Mantan bendahara DPN KORPRI 2004-2009, Mantan Ketua IV PWRI 2003-2009, Ketua Umum Federasi Perasuransian Indonesia 2003, Ketua Umum Asosiasi Jaminan Sosial dan Jaminan Sosial 2000-2008, Direktur Utama PT Taspen 2000-2008
No comments:
Post a Comment